Tok tok buka pintu
Kulari menuju pintu berdaun dua
tergiang wajah ibu
lelah habis bekerja
Tok tok buka pintu
kuraih ganggang pintu yang lebih tinggi 12 cm dari tinggiku
Papa datang membawa nasi sebungkus
Lalu meninggalkanku, Angeline.
Entah apakah firasatku subuh ini, terasa buruk.
Papa tidur
kulihat sayap putih bersinar cahaya dibelakang punggungnya, sebelah kanan dan kirinya.
Aku sedih, Papa lebih dulu terbang
Kini, orang melihatku seperti Papa
Mereka mendoakanku
Memberi lebih dari sebouket bunga diberanda rumah
Mengelilingi fotoku diantara lilin-lilin kecil
Kadang tertawa apinya dikelitik angin malam
Mama, aku akan terbang dengan sayap putih seperti Papa
Papa tersenyum kala menjemputku
katanya menemaniku menaiki tangga menuju surga Tuhan
Tidak!
Papa tersenyum seperti menahan sakit
Aku takut.
Aku takut.
Aku takut,
Sangat takut.
Tapi....tapi.. aku tidak takut sekarang
Papa berterang jika matiku dengan cara keji tangan baja ibu
Tapi aku sedih sekarang, ibuku dihukum oleh negaraku bahkan dunia
Mereka menghakimi ibu, benar!
Meminta hukuman mati untuk menebus kesalahan yang setimpal
Meminta hukuman seumur hidup
Aku sedih kalau mereka harus menghukum mati
Ibu belum menuju altar Tuhan untuk meminta pengampunan dosa
Aku sedih melihat wajah pilu ibu kalau lagi dihukum atas dosa dan siksa dosanya
Anak mana yang rela melihat ibunya menutup mata setiap dua detik sekali, berteriak menahan sakitnya siksaan neraka.
Biarlah Tuhan hukum dia agar dia jera!
Itu juga kata Papa
Inspired story by Angeline.
Langganan:
Komentar (Atom)
